Sabtu, 03 Agustus 2013

Lari! Cepat Lari!

Written by Unknown


Sesaat ruangan itu sepi kembali setelah mahluk makluk tadi sempat mencurigai bunyi suara tembakan dari dalam apotek. Tera menempelkan sebuah metronome dari toko peralatan musik ke granat yang ia jarah dari toko senjata yang pemiliknya mati menembakan pistol ke kepalanya sendiri. Tera mengatur ketukannya menjadi 240 bpm lalu melemparkannya jauh dari apotek. Membuat makhluk-makhluk itu berkumpul mendekat ke arah suara metronome sebelum akhirnya granat itu meledakan mereka.

"Jadi Jo nama gadis kecil itu. Bahkan aku belum sempat tahu namanya" kata Luke

"Ya, dimana dia?"

"Tenang saja ia aman bersama kelompokku. Tapi untuk sekarang sepertinya kita harus bertahan disini." kata Luke sambil memegangi pundaknya yang luka.

"maaf untuk..."

"Tidak. Aku tahu apa yang kau rasa, lagi pula aku sudah tahu resikonya."

Tiba tiba sebagian makhluk makhluk itu kembali ke apotek, mendobraki pintu pintu kaca apotek yang tebal. Semakin lama semakin meretak. Makhluk makluk itu seperti marah.

"Jumlah mereka banyak sekali. Kita harus mengalihkan perhatian mereka sekali lagi lalu mengendap endap ke toko sebrang. Mereka punya teralis besi yang kuat. Tapi aku kehabisan sesuatu yang berisik." kata Tera ragu

Akal Luke yang genius bekerja. Ia melihat sekeliling dan menemukan sebuah bel listrik di pintu apotek.

"Cabut bel itu lalu cari beberapa baterai dan lakban" kata Luke

"Ya aku punya lakban dan.." sambil berlari ke arah mesin kasir dan jam jam dinding untuk mengambil baterainya

"bel juga beberapa baterai" menaruhnya di dekat Luke

Luke menyambungkan satu persatu alat itu. Kemudian Tera mencoba menempelkannya ke granat.

"Jangan! Biarkan saja terpisah, biar aku yang membuat perhatian. Dengan begitu mereka berkumpul lebih banyak dan kita bisa lebih banyak mengurangi jumlah mereka." kata Luke

Luke membawa bel itu dan Tera bersiap melempar granat. Luka tangan Luke tidak berpengaruh terhadap kecepatannya. Sehingga ia tetap bisa berlari dengan baik. Bagi Luke ini bukan pertama kali dalam hidupnnya, mengingat Luke adalah seorang agen rahasia.

"Lewat sini" kata Tera

Tera menarik nafas dalam lalu membuka pintu samping apotek. Di hadapannya ada dua makhluk  berdiri siaga. Tera menembak tepat ke kepala mereka. Mengosongkan jalan ke arah toko sebrang. Luke melempar bel itu sejauh mungkin dan menendang pintu toko perhiasan. Benda itu berhasil mengumpulkan mereka dengan jumlah banyak. Salah satu dari makhluk itu membawa alatnya lebih jauh. Mereka seperti senang mendapat jarahan dan saling rebut. Tapi kemudian..

"Hei dengar itu.. belnya berhenti"

"Lempar sekarang!" kata Luke

"Terlalu jauh" jawab Tera

Luke mengambil sebuah balok kayu di bawah kakinya.

"Sekarang tarik pengamannya dan lempar ke arahku"

Tera melempar granat itu ke arah Luke yang bersiap, kemudian Luke memukulnya ke arah gerombolan makhluk itu. Makhluk makhluk itu kemudian luput dalam sekejap.

"Homerun!" kata Luke

Di hadapan mereka kini ada barisan barisan maneken yang polos, beberapa perhiasannya mungkin telah dijarah. Cahaya redup membuat pantulan pantulan kecil pada benda benda itu. Keadaannya mulai tenang tapi juga lebih sunyi dari sebelumnya.

"Kurasa kita aman disini" kata Tera sambil menormalkan nafasnya

"..sebentar lagi" kata Luke pelan

"Apanya yang sebentar lagi?" tanya Tera heran

Luke lalu mendengar sesuatu bergerak dari salah satu maneken itu. Tera mulai bersiaga membidik boneka boneka itu dengan senjatanya. Semuanya terfokus dan diam..

*ZAAP*

Sebuah makhluk meloncat ke arah Tera namun ia menembaknya, satu lagi menghinggapi Luke. Beberapa yang lain mulai bermunculan dari kegelapan toko itu dan mendekat.

"Lari secepat yang kau bisa!!" kata Luke yang dihinggapi beberapa makhluk itu

Tera berlari sepanjang jalan menjauhi Luke sambil menangis. Ia merasa bersalah kepada orang itu. Juga hanya orang yang ia tembak itulah satu satu harapannya bertemu Jo anaknya. Sekarang ini yang ada difikirannya hanya menyelamatkan diri, dengan begitu ia segera bertemu dengan anaknya. Tera hampir tiba pada sebuah gedung bertingkat, terlihat ramai dengan suara makhluk makhluk itu bergumam.

"Oh tidak.." kata Tera

Kemudian ia memutar arah, sebagian dari makhluk itu mulai mengetahui keberadaan Tera. Jumlah mereka diperkirakan ratusan. Mereka mengejar Tera dengan cepat. Saat mereka mulai mendekat, Tera berlari sambil memjamkan matanya pasrah. Tidak ada harapan bagi Tera. Kemudian seseorang berlari dari arah berbeda dan menabraknya kencang. Keadaan berubah sunyi dan seperti pantulan suara di dalam rumah.

"Apa aku sudah mati?" kata Tera

Share on:

0 testimoni :

Posting Komentar