Rabu, 17 Juli 2013

(Bukan) Sendiri

Written by Unknown


Sudah hampir seminggu setelah Shinji kabur. Penyebaran virus itu begitu cepat. Akses perbatasan di beberapa negara telah diperketat, namun muncul dugaan virus menyebar lewat udara. Beberapa saksi menyebutkan sebuah kota terpencil di Australia mengalami hal serupa, padahal pemerintah kota setempat telah menutup akses masuk ke daerah itu. Di zona merah tempat lokasi Shinji kabur memang tempat tercepat dan terentan penyebarannya.

"ya, itu hanya butuh sedikit sentuhan saja" kata Helena.

Luke menelan makanannya dalam dalam. Ia mengangkat kedua tangannya itu sambil memegang helm tersebut seperti.. "bagaimana bisa?" tanpa suara.

"aku tahu kau butuh sesuatu untuk mengubungkan sensor pendeteksi suhu sebagai input sinyal analog pencari saluran seperti radio analog bukan? jadi aku menambahkan.. ..ini (sambil menunjukan sesuatu yang ia tambahkan ke alat tersebut)" sambil tersenyum Helena mengerutkan matanya

Luke memegang benda kecil itu heran dan mengelus elusnya.

"Keramik! Biasanya digunakan untuk pelapis pelindung panas kapal ulang-alik. Selain non-logam, benda itu juga isolator, dapat mengurangi arus pendek saat terjadi pemanasan. Seperti yang kita ketahui otak J ataupun Shinji mengeluarkan radiasi yang menimbulkan efek panas. Sehingga saat pemuaian besar kecilnya volume benda itu akan mengatur aliran gelombang mana yang akan dihubungkan console" Helena menjelaskan lebih dalam

"Tunggu.. tapi ini bukannya.."

"ya itu jepit rambutku.. aku membelinya saat berlibur ke Wales saat festival keramik. Hm ya.. memang sedikit gila, kau bisa menggantinya dengan alat keramik lain. Tapi mari kita coba untuk sementara" jelas Helena

Sepertinya J sekarang tidak bisa meremehkan Helena lagi. Pasti akan sedikit berbeda pandangan J terhadap Helena, begitu juga Luke dan Greg. Sementara itu Helena mendapat pesan dari paman Helena bahwa keadaan di rumahnya sempat didatangi segrombolan makhluk brutal namun sekarang sudah terkendali oleh penjaga. Ia menyuruh Helena untuk berlindung dari gerombolan itu.

J sudah siap di ruangan itu untuk mencoba alat tersebut. Luke, Greg dan Helena memantau dari luar. Apa yang harus aku lakukan? kata J dengan bahasa isyarat dari balik kaca. Helena mencoba memberikan saran untuk menggunakan kepalanya dan ketenangannya. J pun mulai berbaring dan memejamkan mata. 20 menit sudah J memejamkan mata sambil gelisah namun belum ada aktifitas apa apa. J beranjak dari baringnya.

"Apa masalahnya.. apa alatnya?"

"Entahlah aku tidak konsentrasi. Aku akan mencobanya lagi" jawab J

J mencoba memikirkan sesuatu yang damai. Saat masa kecilnya bersama Helena ia berbaring di bawah pohon musim gugur. Memandang cahaya matahari yang sedikit di antara daun daun yang gugur. Persis di bawah pohon itu ia bertanya pada Helena tentang komitmen mereka dan mimpi mimpi mereka. Lalu..

"Halo.. Greg, Luke aku melihat seorang anak sekarang di dihadapanku." Greg dan Luke tidak menjawab sahutannya di ruangan yang sunyi itu.

J mencoba mendekati anak itu sambil tidak terbiasa dengan ruang maya-nya yang berbeda. Ya, itu Shinji sedang berdiri membelakangi J. Ia menangis tidak berbunyi. J memegang kepala Shinji dan memeluknya.

"Tenang saja semuanya akan baik baik saja." J mencoba menenangkan Shinji

Ruangan di sekitar Shinji dan J seperti di sebuah penjara pengasingan. Sunyi, tertutup rapat rapat, putih tapi juga gelap. Lalu J mencoba membuka pintu ruangan itu.

"Jangan! Kau akan membuat mereka tahu." kata Shinji

Sekarang J tahu mengapa Shinji sulit dikendalikan oleh orang orang tersebut. Ia termasuk anak yang jenius. Shinji tahu persis bagaimana ia menjaga fikirannya. Tapi di sisi lain ia sangat merasa kesepian dan banyak mengalami mimpi buruk. Ia menceritakan pengalamannya melihat dunia di balik pintu itu. Ia melihat anak anak yang seperti dirinya atau mungkin juga seperti J sedang sekarat dalam fikirannya sendiri. Mungkin di sini hanya Shinji-lah yang secara teknik masih bisa mengontrol fikirannya walau raganya tidak bisa dikendalikan lagi. Shinji menunjukan kepada J tentang kekejaman yang dilakukan oleh orang orang itu terhadap mereka.

"Hari dimana ragaku kabur dari Laboratorium ayah Greg.. aku kira hanya akulah yang membuat semua kekacauan ini. Ternyata beberapa orang sepertiku juga mengalami hal serupa di tempat yang lain, bahkan lebih buruk dari yang kualami. Aku telah melihat lebih dulu apa yang terjadi. Di ruangan ruangan lain itu kami saling terhubung, namun aku mencoba menjauhinya untuk menyelamatkan fikiranku. Aku juga mendengar dalam mimpiku semua orang membicarakan virus yang menyebar lewat udara tapi semua itu tidak benar. Orang orang itu melakukannya serempak kepada kami. Kami jadi tidak terkendali. Tapi aku sedikit lebih beruntung karena berhasil melawan barisan penyerangan mereka dengan program yang aku tanamkan di otak-ku. Itu kenapa aku melarangmu untuk membuka pintu itu. Pintu itu adalah sebuah segel buatanku."

Di tempat yang lain di dunia nyata, Greg, Luke dan Helena senang melihat aktifitas otak J berjalan lancar dan alatnya befungsi dengan sangat baik. Tapi mereka tidak dapat melihat apa yang dialami J. Mereka hanya dapat mengamati detak jantung, nafas, aliran darah, kesadaran otak J dan aktifitas gelombang otak J saja. Sejauh ini sudah sangat membantu untuk sementara. Lalu.. tiba tiba J terbangun dengan tenang..

Share on:

0 testimoni :

Posting Komentar