Selasa, 16 Juli 2013

Jenius Lainnya

Written by Unknown


Sudah ber jam-jam Luke sibuk mengutak atik helm yang rencananya akan digunakan J untuk menghubungi Shinji. Di ruangan lain dr. Greg sibuk menghubungi semua teman-temannya menggunakan semua alat komunikasi yang ia punya. Ia amat sangat membutuhkan seorang yang jelas lebih genius dan brilian daripada Luke untuk membuat alat itu berfungsi dalam sekejap.Tapi sepertinya usaha dr.Greg sia-sia, hampir semua teman yang dihubunginya tidak menjawab dan sebagian lainnya menolaknya mentah-mentah. Walaupun dr. Greg sudah menjelaskan mereka akan di jemput oleh Luke kebanyakan tidak percaya atau tetap ingin bersama keluarga mereka dalam situasi seperti ini.


J dan Helena memutuskan untuk berkeliling. Mereka bersyukur karena kedua rumah dr.Greg dilengkapi dengan teralis-teralis kokoh di jendelanya. Dan rumah-rumah tua ini memiliki pintu besar yang kokoh sehingga sedikit sulit di tembus. Helena dan J menyibukkan diri memblokade setiap pintu masuk dan celah sementara dr. Greg dan Luke berada di lab di rumah yang di segel. "Pakai saja barang-barangku.." kata dr. Greg santai saat mereka meminta izinnya untuk ke rumah dr. Greg mencari makanan dan beristirahat.

"Hei..menrutmu apa yang terjadi di luar sana?" tanya J berbasa-basi sambil menepuk kedua telapak tangannya setelah meletakkan meja di salah satu jendela terakhir di rumah itu.

"Ugh..gamau tau deh apa yang terjadi di luar sana..aku harap Fi baik-baik saja" kata Helena sedikit menunduk sambil mengeluarkan telepon genggamnya. Pelayannya itu sudah seperti ibu baginya. Helena mencoba menelepon Fi sekali lagi, tidak ada sinyal. Ia menghela napas dengan kecewa.

J hanya menatap Helena. Entah karena telah lama berteman atau karena alasan lainnya mereka tidak perlu banyak berbicara untuk mengutarakan simpati atau komentar masing-masing. Berada di antara masing-masing sudah cukup membuat mereka nyaman. Helena duduk di sebuah meja makan. J menepuk pundaknya sebentar menunjukkan simpatinya. Ia lalu mengalihkan perhatiannya dengan membuka salah satu lemari di dapur mencari makanan.

"Ingin aku masak sesuatu?" tanya J

"Yup.."kata Helena mantap. Ia tidak bisa masak karena sejak kecil terbiasa dilayani oleh Fi. Sedangkan J terbiasa melakukan semuanya sendiri sejak kecil.

Helena memandang J mencuci tangannya bersiap-siap untuk masak. Kaki Helena menggantung dari atas meja makan bergoyang-goyang sedikit.

"Kau..tidak ingin tahu keadaan ayahmu?" tanya Helena sedikit ragu-ragu memecah suara pisau yang sedang sibuk memotong sayuran.

J tidak menjawab. Ia terus memotong semua sayuran dan daging dengan profesional. Helena tetap duduk di meja makan. Setengah menunggu jawaban J, setengah menghormati jika J tidak ingin membahas ayahnya. J menyalakan kompor dan masak dengan santai. Helena berhenti menunggu jawaban J. Ia kembali mengecek ponselnya. Satu buah pesan masuk, Fi baik-baik saja dan beberapa orang mengungsi di rumah Helena sementara. Helena menekan tombol panggil untuk menelepon Fi, tidak ada jaringan. Sial, desah Helena kesal.

"Kenapa?" tanya J sambil membawa mangkuk berisi makanan yang baru ia masak dan meletakkannya di sebelah Helena. Ia lalu ikut duduk di atas meja bersama di sebelah masakannya. Kursi-kursi di ruangan itu sudah digunakan untuk memblokade pintu belakang.

"Fi baik-baik saja. Tapi tidak bisa kutelepon" jawab Helena sambil menjejalkan telepon genggamnya ke saku dengan kesal.

"Tenang, ia akan baik-baik saja. Lagipula rumahmu itu seperti benteng yang tidak bisa ditembus." kata J sambil mengunyah masakannya. Helena tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil mengangkat bahunya lalu bergabung dengan J untuk makan.

Cahaya lilin di rumah dr. Greg membut suasana sedikit romantis. Berbeda dengan di lab yang mempunyai cadangan listrik hingga bertahun-tahun kedepan. Rumah dr. Greg ikut padam saat perusahaan listrik diserang mayat hidup. Helena menghabiskan makanannya dengan cepat, ia tidak sadar kalau dirinya selapar ini. J tertawa melihatnya makan dengan lahap. Untuk sesaat mereka menghabiskan makan malam sambil bercanda dan tertawa.

"Hei..bagaimana keadaan Luke dan dr. Greg ya.." kata Helena mengalihkan pembicaraan. Sedikit malu ditertawai oleh J.

"Hemm sepertinya mereka menemui jalan buntu. Tidak ada yang mau membantu dalam situasi ini" jawab J.

"Hah, sesulit apa sih mencari orang yang mau membantu. Luke bisa saja berteleportasi dan menculik salah seorang hebat untuk dibawa kesini. Tidak mungkin mereka melarikan diri dan menghadapi makhluk-makhluk diluar sana itu." Helena berkata sambil tersenyum.

"Ya mungkin saja bisa, tapi bukannya lebih baik jika kita lakukan dengan cara yang lebih..beradab" jawab J. Sejenak J melihat sesuatu di wajah Helena. Keraguan. "Ada apa?" tanya J langsung.
Helena turun dari meja makan tua itu. Ia mengambil sisa makanan dari meja. "Ayo ke lab." katanya. J turun dan mengikuti temannya. Masih bertanya-tanya akan ekspresi Helena tadi. Tapi sedikit yakin ia akan mendapatkan jawabannya sebentar lagi.

Di dalam lab. Luke masih mengutak-atik helm itu seakan lupa waktu. dr. Greg duduk d sebelah Luke ikut membantu. Guratan di wajahnya mencerminkan kecemasan dan keputus asaan. "dr. Greg, Luke waktunya makan" kata Helena sambil meletakkan masakan J ke depan wajah Luke. Refleks Luke mengambil mangkuk itu. Helena mengambil helm yang dipegang Luke.

"Oh syukurlah kau masak Helena. Ini enak sekali!" kata dr. Greg sambil makan di sebelah Luke anaknya.

"Terima kasih, tapi J yang masak itu." kata Helena sambil duduk megambil alih helm sementara ayah anak itu makan. Luke makan dengan hening. Pikirannya masih sibuk dengan helm itu. dr. Greg mengacungkan jempolnya ke arah J sambil makan. J hanya tersenyum dan mengangguk.

"Apa yang kau lakukan?" tanya J pada Helena. Tak ada jawaban.

"...dan sudah selesai." kata Helena pelan sambil memandangi helm itu. J memandang Helena tidak mengerti.

"Ini, helm nya sudah selesai. Aku menemukan letak kekurangannya tadi." kata Helena.

"Sejak kapan kau jadi jenius seperti ini." kata J skeptis tapi senang.

"Entahlah, sejak dulu aku mengerti hal-hal..belajar jadi sangat mudah untukku. Rasanya seperti spons menyerap air" kata Helena sambil tersenyum lebar.

"Tunggu, jadi selama ini aku berteman dengan seorang jenius?! kenapa kau tidak bilang?!" kata J terkejut dan senang.

"Untuk apa.."kata Helena sambil tersenyum senyum. Ia lalu bangkit dan menyerahkan helm itu ke Luke yang masih fokus pada makanan dan pikirannya.

Share on:

0 testimoni :

Posting Komentar