Senin, 08 Juli 2013

Peperangan

Written by Unknown


Umur Helena dan Shinji sekarang bisa dibilang sama. Namun postur tubuh Shinji tidak berkembang dan masih seperti 12 tahun. Terlihat sel sel tubuh Shinji telah mati seperti daun yang kering.

"Sungguh bocah yang malang." J menatap Shinji dengan serius.

Greg telah banyak mendapatkan sesuatu dari penelitiannya itu sebelum ataupun sesudah kejadian ledakan tersebut. Ia menuju ke sebuah lemari berisi lembaran lembaran kertas yang tampak seperti sebuah log dari apa yang ia kerjakan. Helena dan J sibuk mengamati Shinji yang malang.

"Lihat, ini adalah kode kode yang berhasil direkam dari kepala Shinji." menunjukan kepada J

"Kau serius menunjukannya padaku? Kode apa ini? Angka dan Huruf tak beraturan" jawab J


"yang kau pegang itu adalah hasil terakhir yang bisa kami dapatkan. Kurasa hanya tinggal satu kali lagi menerjemahkannya. Shinji lah yang telah mengerjakan itu. Hebat bukan?" sambil tersenyum dalam kesedihannya.

Kini sudah empat tahun semenjak kejadian itu. Raut wajah Greg kaku seperti tidak pernah merasakan tersenyum lagi. Ia pria tua yang menyedihkan. Tidak seperti saat dulu. Saat tidak sedang melakukan penelitian, dulu Greg, Luke dan Shinji bermain anggar atau billiard bersama-sama. Kini orang tua itu hanya tinggal sendiri duduk di kursi goyang. Menonton siaran liga inggris dan memakan sereal. Mungkin Greg sedikit menemukan pencerahan sekarang mendengar cerita tentang Luke walau itu buruk. Ditambah kedatangan orang yang seperti Shinji.

"Tunggu sebentar.. Ini mirip seperti sebuah koordinat. Lalu yang satunya lagi apa?" jawab Helena sambil dengan serius menatapi kode kode itu.

"Dari mana kau tau?" J menyeplos

"Hey, pamanku kan seorang ahli geofisika. Aku memasang plot plot peta yang besar saat ia mengerjakan proyeknya. Memberikanku longitude dan latitude dan aku harus menaiki tangga alumunium untuk memasang koordinat di utara. Itu sungguh menyebalkan sampai aku membiasakan diri. "jawab Helena malu.

Greg terlihat seperti sibuk mencocokan log milik Shinji dan milik J. Ia terkejut. Setengah terakhir kode milik Shinji sama dengan setengah pertama rekaman kepala J.

"Oh Tuhan, Ini... " Greg memandangi dua lembar kertas itu tak berkedip dibalik kacamata kecilnya. Hal itu membuat Helena dan J ikut terkejut.

"Kau benar Helena. Aku akan bekerja keras malam ini!" pria tua itu memekar wajahnya sambil melihat sesaat ke arah tubuh Shinji.

Helena dan J mengangguk. Mereka berpamitan pulang. Greg bilang mereka bisa datang kapan saja kesini. Setiap saat asal mereka mau menunggu. Di teras, Greg memberikan sebuah gelang kepada mereka. Gelang itu memiliki dua tombol yang masing masing memiliki sinar indikator kecil. Greg juga memberikan J sebotol obat.

"Ini untuk kalian. Tombol merah untuk menampilkan menu dan biru untuk melepaskannya. Kalian hanya dapat menghubungiku lewat alat itu." sambil menunjuk ke arah alat itu yang sedang mereka coba. Helena dan J tampak terkejut melihat sinar hologram keluar dari alat itu ke wajah mereka. Merespon setiap sentuhan tangan mereka lewat pantulan sinar yang terhalang.

"Mengapa tidak lewat handphone atau email saja?" kata J

"Aku memiliki banyak privasi yang sangat rahasia. Ini akan menghubungkan kita satu sama lain tanpa ada yang tahu. Termasuk interpol. Jadi jaga baik baik rahasia ini." jelas Greg

"Oh ya.. untukmu J." sambil merogoh kantong jas labnya

"Obat ini selalu digunakan Shinji saat terjadi kontraksi. Ini bersifat analgesik dan penurun panas mirip Paracetamol namun aku memberikannya sedikit zat sedatif untuk menurunkan kerja syaraf otak sementara. Gunakanlah saat sangat diperlukan saja, karena zat zat itu memilik efek samping yang kuat walau selama ini Shinji baik baik saja." sambil memberikannya ke J.

Helena dan J pergi. Greg segera bergegas masuk dan berlari ke lab. J mengendarai mobil dengan sangat santai. Di jalan ia memandangi botol obat itu sambil memutar mutarnya, kemudian meletakannya di atas dashboard. Helena menunduk kelelahan. J memandangi Helena dengan iba. Mata Helena memerah dan sayu memandangi jalanan yang gelap.

"Maaf karena selalu merepotkanmu" sambil memegang lengan Helena. Helena hanya tersenyum manis, membuatnya berubah anggun seketika.

"J.." dengan suara yang serak, dan J menoleh ke arah Helena.

"Kali ini apa yang kau lihat? Apa kita akan baik baik saja?" cemas Helena.

"Aku melihat langit yang mulai gelap. Seseorang menutup pintu dengan sangat rapat. Suara suara manusia-mati berjalan itu terlihat bergerombol dan mendekat dari luar. Kemudian orang itu menutup lapisan pintu lainya. Hanya ada satu cahaya lilin di meja makan dan kaleng kornet yang terbuka. Lelaki itu bernyanyi tanpa lirik dengan suara dalamnya sambil mengeluarkan makanan dari kulkas. Kemudian tangan satunya mengambil shotgun yang ia letakan sembarangan. Orang itu terlihat kuat mengangkatnya dengan satu tangan. Ia menaruh semuanya diatas meja kecil itu dan makan sambil memegangi senjatanya. Sesaat kemudian aku dengar ia berhenti mengunyah dan berlari ke arah ruangan lain. Mengangkat shotgunnya dan menembakannya kearah makhluk itu. Makhluk itu hancur lebur. Tubuhnya masih bergerak gerak pelan satu sama lain. Terlihat orang itu menatap ke arah jendela yang terbuka. Ia diam dan terpaku. Aku dapat mendengar detakan jantungnya tapi tidak dengan nafasnya. Orang itu terlihat menahan nafasnya, sungguh tegar sekali. Ia menutup jendela itu dengan kuat pelampiasan kecerobohannya sendiri."

Helena tampak ketakutan. Walau sampai tiba di depan rumahnya pun, ia masih terlihat melamun.

"Apa kau tidak apa apa? sambil menoreh ke arah Helena yang memegangi pintu mobil. Helena terdiam.

"Aku akan memastikan semuanya baik baik saja" meyakinkan Helena.

"Apa kau mau mampir?" tanya Helena

"Tidak aku... Hm baiklah" melihat tatapan mata Helena yang seolah terlihat menariknya masuk.

Helena duduk bersama J di sofa. Berselimut. Ia bersandar di pundak J dan memegangi tangan J. Ia memperhatikan lengan J dengan teliti sambil memegangi urat urat lengan J yang menonjol. Sesekali ia memperhatikan gelang pemberian Greg dan menjajarkan miliknya.

"Apa kau juga memperhatikannya?" kata J

"Ya, yang merah berkelip kelip sekitar sejam yang lalu"

Helena menekan tombol merah gelang J. Lalu..

"Hey. Akhirnya kalian menekannya. Sial aku lupa memberi tahu kalian merah juga untuk menjawab panggilan." wajah Greg muncul di layar hologram itu. Terlihat memancar terang di ruangan yang gelap itu.

"Ini tentang kode kode itu, J"

Share on:

0 testimoni :

Posting Komentar